Membongkar Diskursus Cacat Di Dalam kehidupan Sosial

"cacat", sebuah konstruksi sosial


tuhan telah menciptakan dunia yang penuh dengan keragaman. begitu juga manusia diciptakan oleh tuhan berbeda satu sama lainnya. ada yang berkulit hitam, kulit putih, kulit kuning. ada yang bertubuh tinggi tetapi ada juga yang pendek. ada yang berhidung mancung ada pula yang pesek. ada juga yang salah satu anggota tubuhnya tidak berfungsi dengan baik. masih banyak perbedaan antara individu manusia yang harus disikapi dengan arif sehingga tidak ada keyakinan atau sikap yang menganggap kelompok manusia yang lebih baik atau lebih unggul dibanding manusia lainnya.

kenyataan dimasyarakat berbicara lain. manusia yang dilengkapi dengan perasaan suka dan tidak suka, telah membuat sekat-sekat diantara manusia. segala suatu yang disukai dan dianggap menguntungkan bagi manusia dikatakan baik atau bahkan benar. mereka yang memiliki kebenaran tersebut, dianggap sebagai orang yang memiliki kelebihan.sebaliknya orang yang dalam kondisi berbeda dan disukai dikatakan sebagai orang yang tidak memiliki kelemahan atau kekurangan.

orang yang menguasai ilmu pengetahuan atau teknologi sering disebut sebagai cendikiawan, ahli atau intelek,sedang yang tidak menguasai ilmu pengetahuan dikatakan bodoh, pandir, tolol, tidak berpendidikan dan sebagainya. begitu juga orang yang menguasai materi tersebut kaya, jutawan, hartawan. sedangkan yang tidak menguasai materi disebut kaum miskin, gembel maupun melarat. untuk orang-orang yang memiliki kondisi fisik yang dianggap menguntungkan manusia disebut cantik, tampan, gagah bahkan normal. sedangkan bagi yang tidak memiliki kondisi fisik yang menuntungkan bagi manusia dilabelkan sebagai jelek, cacat, atau bahkan tidak normal.

lebel "cacat", yang diberikan orang yang memiliki kelainan kondisi fisik dan atau mental merupakan kontruksi manusia sebagai mana mereka memberikan lebel kaya, miskin, pandai, bodoh, kepada manusia lainnya. dengan kata lain apa yang selama ini yang diyakini bahwa, "cacat" atau "penyandang cacat" sebagai realitas sosial ternyata dikonstruksikan secara sosial.

jika da bayi lahir dalam keadaan "cacat", bukan berarti disebabkan oleh dosa-dosa orangtuanya, bukan pula tuhan salah cetak, karena tuhan maha pandai. tuhan telah menciptakan manusia sebagai makluk paling sempurna dengan derajat paling tinggi. namun kemudian tuhan akan menurunkan derajat manusia pada derajat yang paling rendah termasuk orang merugi "tuna", jika mereka tidak beriman, dan beramal kebajikan. penyair ternama william shakespeare mengatakan " hanya orang yang kejam saja yang pantas mendapat sebutan cacat".

salam dari wong cilik.
Akhmad.M.SE. 

Comments